Setiap pagi yang cerah sosok itu selalu menyapa kita. Dari kejauhan, dia tersenyum dengan ramah dan hangat. Meski seiring waktu, perlahan sapaan itu berubah semakin garang. Tak lagi hangat, tapi panas dan menyengat. Tanpa sosok itu, tak akan ada kehidupan di dunia. Karena dia adalah penyuplai energy bagi semua organisme yang ada di bumi.
Walau sangat berjasa, namun sangat jarang orang yang mau berkenalan dengannya. Entah, kalau jarak yang begitu jauh menyebabkan asal-usulnya tak terlalu populer. Jarak yang terbentang sejauh 150 juta kilo meter membuat sosok itu sedikit dikenal publik. Dialah matahari.
Berbincang tentang asal muasal matahari, kita mulai sekitar 5 miliar tahun yang lalu. Saat itu matahari dan kesembilan tata surya belum lahir. Di angkasa luar terdapat banyak awan gas dan debu yang melayang-layang. Para ilmuan berpendapat, bahwa awan gas itu, yang terutama berisi hydrogen, berputar-putar lambat. Saat semakin banyak gas dan debu terkumpul, awan mulai menarik dirinya sendiri ke dalam. Gaya yang membuat awan itu menciut adalah grafitasi. Di dalam awan, partikel tertarik pada partikel lainnya, dan mulai saling merapat.
Saat awan memadat, ia mulai berputar lebih cepat, seperti atlit ice skating yang merapatkan tangannya ke tubuhnya. Pusat awan mulai menggembung, saat semakin banyak material terkumpul di sana. Dan bagian luar awan memipih. Bentuknya menyerupai pizza dengan bola melekat di tengahnya. Tanpa sebuah tangisan, sang bayi matahari pun lahir ke alam semesta.
Bayi tersebut kemudian tumbuh dan berkembang. Dari bola gas gelap menjadi bintang panas berapi. Hal itu berlangsung sangat lama, selama beribu-ribu tahun. Setelah besar dan dewasa matahari menjadi sumber energy utama bagi kehidupan di bumi. Hal tersebut tak lepas dari hasil fusi yang terjadi di inti matahari. Fusi itu sendiri merupakan sejenis ledakan terus menerus yang terkendali. Saat ini, 4 juta ton hydrogen diubah menjadi helium setiap detik, dalam setiap menit, dalam setiap hari. Dan cahaya yang memancar sama dengan 4 triliun triliun bola lampu. Dasyat!
Tetapi matahari hanya mempunyai persediaan hydrogen yang terbatas. Sebagaimana manusia, matahari lahir menjadi tua dan akhirnya mati. Pada usia 4,6 miliar tahun, matahari adalah bintang setengah baya. Para ilmuan memperkirakan bahwa matahari memiliki sisa umur 5 atau 6 miliar tahun lagi.
Dari matahari kita semakin memahami bahwa tiada kehidupan yang abadi. Juga tidak ada makhluk yang tercipta sempurna. Matahari yang luar biasa hebatnya, ternyata juga memiliki kekurangan yang menyebabkan ia binasa. Jadi, seharusnya hal itu mengingatkan kita bahwa tak ada yang patut untuk kita sombongkan. Karena setiap kehebatan pasti ada kelemahannya. Akhirnya, segala sesuatu akan binasa
Walau sangat berjasa, namun sangat jarang orang yang mau berkenalan dengannya. Entah, kalau jarak yang begitu jauh menyebabkan asal-usulnya tak terlalu populer. Jarak yang terbentang sejauh 150 juta kilo meter membuat sosok itu sedikit dikenal publik. Dialah matahari.
Berbincang tentang asal muasal matahari, kita mulai sekitar 5 miliar tahun yang lalu. Saat itu matahari dan kesembilan tata surya belum lahir. Di angkasa luar terdapat banyak awan gas dan debu yang melayang-layang. Para ilmuan berpendapat, bahwa awan gas itu, yang terutama berisi hydrogen, berputar-putar lambat. Saat semakin banyak gas dan debu terkumpul, awan mulai menarik dirinya sendiri ke dalam. Gaya yang membuat awan itu menciut adalah grafitasi. Di dalam awan, partikel tertarik pada partikel lainnya, dan mulai saling merapat.
Saat awan memadat, ia mulai berputar lebih cepat, seperti atlit ice skating yang merapatkan tangannya ke tubuhnya. Pusat awan mulai menggembung, saat semakin banyak material terkumpul di sana. Dan bagian luar awan memipih. Bentuknya menyerupai pizza dengan bola melekat di tengahnya. Tanpa sebuah tangisan, sang bayi matahari pun lahir ke alam semesta.
Bayi tersebut kemudian tumbuh dan berkembang. Dari bola gas gelap menjadi bintang panas berapi. Hal itu berlangsung sangat lama, selama beribu-ribu tahun. Setelah besar dan dewasa matahari menjadi sumber energy utama bagi kehidupan di bumi. Hal tersebut tak lepas dari hasil fusi yang terjadi di inti matahari. Fusi itu sendiri merupakan sejenis ledakan terus menerus yang terkendali. Saat ini, 4 juta ton hydrogen diubah menjadi helium setiap detik, dalam setiap menit, dalam setiap hari. Dan cahaya yang memancar sama dengan 4 triliun triliun bola lampu. Dasyat!
Tetapi matahari hanya mempunyai persediaan hydrogen yang terbatas. Sebagaimana manusia, matahari lahir menjadi tua dan akhirnya mati. Pada usia 4,6 miliar tahun, matahari adalah bintang setengah baya. Para ilmuan memperkirakan bahwa matahari memiliki sisa umur 5 atau 6 miliar tahun lagi.
Dari matahari kita semakin memahami bahwa tiada kehidupan yang abadi. Juga tidak ada makhluk yang tercipta sempurna. Matahari yang luar biasa hebatnya, ternyata juga memiliki kekurangan yang menyebabkan ia binasa. Jadi, seharusnya hal itu mengingatkan kita bahwa tak ada yang patut untuk kita sombongkan. Karena setiap kehebatan pasti ada kelemahannya. Akhirnya, segala sesuatu akan binasa
0 komentar:
Posting Komentar